vidio slide


tampilan slide


Rabu, 05 November 2014

Jaraik Uma, Ornamen Eksotis Mentawai


Kab. Mentawai, (LW)
Jaraik merupakan ornamen etnik yang terbuat dari papan untuk penghias Uma (Rumah Adat) Mentawai. Jaraik berfungsi sebagai penghias tengkorak monyet. Tengkorak monyet biasanya didapat dari berburu monyet. Jaraik dipasang di atas jalan masuk, ke ruang dalam
bagian kedua di sebuah uma. Bentuk Jaraik yang menyeramkan digunakan sebagai jimat uma.
Pembuatan jimat  jaraik dinilai sangat sulit dan harus disertai upacara yang sangat terinci. Karena itu saat ini banyak uma tidak membuat jaraik.
Secara tradisi pembuatannya harus dilakukan setelah upacara peresmian menaiki uma yang baru selesai dibangun. Dahulu untuk pembuatan jaraik diambil beberapa tengkorak monyet hasil buruan dan tanda kenang-kenangan dari uma yang lama ke tempat kediaman baru, dengan sedikit prosesi ritual roh-roh satwa hasil buruan itu dibujuk agar mau ikut pindah.
Pembuatan Jaraik
Kini dalam proses pembuatan jaraik, segenap anggota keluaraga pria serta para peserta perayaan pendirian uma yang terdiri dari para tetangga dan tamu-tamu, turut serta dalam berburu monyet. Perburuan monyet untuk bahan jaraik, yang diburu adalah satwa tertentu, yaitu beruk bokkoi jantan dewasa. Sebab tengkorak satwa sangat mengesankan dengan taringnya yang besar-besar.
Keesokan harinya dimulailah pekerjaan membuat jaraik. Bahan yang dipakai adalah akar papan dari pohon giteyang berukuran besar dan kayunya tidak begitu keras. Akar itu dipotong lalu didiang kedua sisinya agar menjadi kering. Setelah itu dengan mempergunakan beliung yang dipasangkan pada gagang yang lurus dan panjang, akar itu diserut sampai berbentuk papan yang rata tebalnya dan licin permukaannya. Barulah kemudian dibuat gambar bentuk jaraik dengan menggunakan potongan-potongan rotan. Potongan-potongan itu ditempelkan dengan lilin pada permukaan papan. Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan jaraik di uma yang lama. Kemudian bentuk jaraik digoreskan dengan pisau raut (balugui), mengikuti garis-garis yang dibentuk oleh potongan-potongan rotan. Setelah itu kayu papan dilubang-lubangi dengan pahat dan akhirnya bagian-bagian pinggir serta permukaan dilicinkan dengan pisau raut. Bakal jaraik yang sudah selesai dibuat bentuknya itu, dijemur selama beberapa jam di bawah sinar matahari. Setelah itu dilakukan pekerjaan menggambar, menempelkan serpih-serpih kulit siput mutiara atau potongan-potongan kaca cermin, serta pembubuhan hiasan yang terdiri dari berkas bulu-bulu unggas serta serat tumbuh-tumbuhan yang diwarnai. Dengan pekerjaan yang terakhir ini selesailah pembuatan jaraik. Keseluruhan pekerjaannya dilakukan beramai-ramai, dan memakan waktu beberapa hari.
Jaraik yang sudah selesai dibuat diletakkan di atas lantai dalam uma; pada bagian tengah permukaannya diletakkan potongan-potongan dari benda-benda perantara yang sangat dirahasiakan jenisnya, dan direkatkan di situ dengan menggunakan lilin.
Kumpulan benda-benda perantara itu merupakan jimat (gaut) yang dikatakan sangat ampuh untuk menjauhkan segala pengaruh yang jahat dan merusak, yaitu di atas jalan masuk ke ruangan uma yang paling dalam jimat gaut itu merupakan rintangan terakhir di depan benda keramat yang utama dari kelompok penghuni uma. Setelah jaraik digantung, dipasang tengkorak beruk bokkoi. Pemasangan jimat jaraik ini dimaksudkan untuk penolak bala. Tengkorak itu dimanterai berturut-turut oleh setiap kepala keluarga, untuk membujuk satwa buruan agar mau datang. Keesokan harinya menyusul suatu  acara puliaijat, yang disambung dengan acara menari sepanjang malam. Untuk melengkapi upacara, keesokan harinya penghuni uma sekali lagi berburu. Kini mereka memburu satwa yang mana saja. Dari daging hasil buruan, sebagian disuguhkan sebagai sajian pada jaraik. Dan mulai saat itu sajian selalu diberikan pada jaraikkalau uma mengadakan upacara.
Di Siberut sebelah utara, jimat jaraik juga disebut dengan nama lain, yaitu karebau. Istilah itu dikenal juga dengan penamaan konstruksi balok melintang dari uma. (*/006/LW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar