Kab. Mentawai, (LW)
Jaraik merupakan ornamen etnik yang terbuat dari
papan untuk penghias Uma (Rumah Adat) Mentawai. Jaraik berfungsi sebagai penghias tengkorak
monyet. Tengkorak monyet biasanya didapat dari berburu monyet. Jaraik dipasang
di atas jalan masuk, ke ruang dalam
bagian kedua di sebuah uma. Bentuk Jaraik yang menyeramkan digunakan sebagai jimat uma.
bagian kedua di sebuah uma. Bentuk Jaraik yang menyeramkan digunakan sebagai jimat uma.
Pembuatan jimat jaraik dinilai sangat sulit dan harus
disertai upacara yang sangat terinci. Karena itu saat ini banyak uma tidak membuat jaraik.
Secara tradisi
pembuatannya harus dilakukan setelah upacara peresmian menaiki uma yang baru selesai dibangun. Dahulu
untuk pembuatan jaraik diambil beberapa tengkorak monyet hasil buruan dan tanda
kenang-kenangan dari uma yang lama ke tempat kediaman baru, dengan sedikit
prosesi ritual roh-roh satwa hasil buruan itu dibujuk agar mau ikut pindah.
Pembuatan Jaraik
Kini dalam proses
pembuatan jaraik, segenap anggota keluaraga pria serta para peserta perayaan pendirian
uma yang terdiri dari para tetangga dan tamu-tamu, turut serta dalam berburu
monyet. Perburuan monyet untuk bahan jaraik, yang diburu adalah satwa tertentu,
yaitu beruk bokkoi jantan dewasa. Sebab tengkorak satwa
sangat mengesankan dengan taringnya yang besar-besar.
Keesokan harinya
dimulailah pekerjaan membuat jaraik. Bahan yang dipakai adalah
akar papan dari pohon giteyang berukuran besar dan
kayunya tidak begitu keras. Akar itu dipotong lalu didiang kedua sisinya agar
menjadi kering. Setelah itu dengan mempergunakan beliung yang dipasangkan pada
gagang yang lurus dan panjang, akar itu diserut sampai berbentuk papan yang
rata tebalnya dan licin permukaannya. Barulah kemudian dibuat gambar bentuk jaraik dengan menggunakan potongan-potongan
rotan. Potongan-potongan itu ditempelkan dengan lilin pada permukaan papan.
Bentuk yang dibuat disesuaikan dengan jaraik di uma yang lama. Kemudian bentuk jaraik digoreskan
dengan pisau raut (balugui),
mengikuti garis-garis yang dibentuk oleh potongan-potongan rotan. Setelah itu
kayu papan dilubang-lubangi dengan pahat dan akhirnya bagian-bagian pinggir
serta permukaan dilicinkan dengan pisau raut. Bakal jaraik yang sudah selesai dibuat bentuknya
itu, dijemur selama beberapa jam di bawah sinar matahari. Setelah itu dilakukan
pekerjaan menggambar, menempelkan serpih-serpih kulit siput mutiara atau
potongan-potongan kaca cermin, serta pembubuhan hiasan yang terdiri dari berkas
bulu-bulu unggas serta serat tumbuh-tumbuhan yang diwarnai. Dengan pekerjaan
yang terakhir ini selesailah pembuatan jaraik. Keseluruhan pekerjaannya
dilakukan beramai-ramai, dan memakan waktu beberapa hari.
Jaraik yang sudah selesai dibuat diletakkan di atas
lantai dalam uma; pada bagian tengah
permukaannya diletakkan potongan-potongan dari benda-benda perantara yang
sangat dirahasiakan jenisnya, dan direkatkan di situ dengan menggunakan lilin.
Kumpulan
benda-benda perantara itu merupakan jimat (gaut) yang
dikatakan sangat ampuh untuk menjauhkan segala pengaruh yang jahat dan merusak,
yaitu di atas jalan masuk ke ruangan uma yang paling dalam jimat gaut itu
merupakan rintangan terakhir di depan benda keramat yang utama dari kelompok
penghuni uma. Setelah jaraik digantung, dipasang tengkorak beruk bokkoi. Pemasangan
jimat jaraik ini dimaksudkan untuk penolak bala.
Tengkorak itu dimanterai berturut-turut oleh setiap kepala keluarga, untuk
membujuk satwa buruan agar mau datang. Keesokan harinya menyusul suatu
acara puliaijat,
yang disambung dengan acara menari sepanjang malam. Untuk melengkapi upacara,
keesokan harinya penghuni uma sekali lagi berburu. Kini mereka
memburu satwa yang mana saja. Dari daging hasil buruan, sebagian disuguhkan
sebagai sajian pada jaraik. Dan mulai saat itu sajian
selalu diberikan pada jaraikkalau uma mengadakan upacara.
Di Siberut sebelah
utara, jimat jaraik juga disebut dengan nama lain, yaitu karebau. Istilah
itu dikenal juga dengan penamaan konstruksi balok melintang dari uma. (*/006/LW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar