vidio slide


tampilan slide


Senin, 24 November 2014

Tradisi Perang Ketupat

Bangka Belitung,(LW)

Tiap kali mendengar kata Ketupat, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah hidangan khas Lebaran dengan bungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda. Ketupat seolah tak pernah lepas dari perayaan Idul Fitri. Tak hanya itu, ketupat juga banyak dipakai sebagai pengganti nasi untuk aneka hidangan tradisional, seperti ketoprak, Gado-gado, Soto dan Sate.


Berbeda dengan ketupat yang satu ini, dipakai dalam Tradisi Perang. Ketupat menjadi senjata dalam perang yang merupakan sebuah ritual di masyarakat Tembilang, salah satu Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai kapan pertama kali diadakannya tradisi unik ini. Ada yang mengatakan tradisi ini dimulai sejak masa penjajahan Portugis. Ada juga yang mengklaim tradisi ini telah ada saat Gunung Krakatau meledak dengan dahsyat pada tahun 1883.
Pesta adat ini diadakan setiap menjelang Ramadahn. Acara ini selalu dilakukan di Pantai Pasir Kuning. Dalam acara ini, terdiri atas lima bagian, yaitu Penimbongan, Ngancak, Perang Ketupat, Nganyot Perae dan Taber Kampung.
Panimbong adalah sebuah ritual memberikan makanan kepada makhluk halus yang tinggal di darat dengan diringi Tari Campak, Tari Serimbang, Tari Kedidi dan Tari Seramao.
Ritual berikutnya, Ngancak. Hal ini merupakan ritual pemberian makanan kepada Buaya yang bermukim di laut. Setelah dua ritual tersebut dilangsungkan, barulah dimulai Perang Ketupat. Untuk acara ini, panitia menyediakan ratusan ketupat sebagai peluru. Selama dua menit, para peserta yang terdiri dari dua regu akan saling melemparkan ketupat kepada masing-masing lawannya. Setelah berakhir, mereka akan saling memaafkan sebagai tanda untuk mempererat rasa persaudaraan.
Seusai perang ini, maka dilanjutkan dengan prosesi Ngayot Perae yang berarti menghanyutkan perahu. Sebagai penutup, maka akan dilangsungkan prosesi terakhir yaitu Taber Kampung yang berarti menabur kampong dengan Air Tabur dan Bunga Pinang agar seluruh masyarakat Tempilang terhindar dari bencana setahun ke depan.
Sebagai wisata budaya, acara ini mampu menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara sehingga Perang Ketupat merupakan hal wajib yang harus ditonton menjelang datangnya bulan Ramadhan yang penuh berkah (021/LW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar